"Bun, kalau saat hancur ku disayang
Apalagi saat ku jadi juara
Saat tak tahu arah kau di sana
Menjadi gagah saat ku tak bisa
Aku masih ada sampai di sini
Melihatmu kuat setengah mati
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karena denganmu"
Penggalan lirik lagu diatas yang berjudul "Bertaut" yang dinyanyikan oleh Nadine Amizah" tersebut, benar-benar menggambarkan diri aku dan ibuku. Saat sedang menyanyikan lagu itu pun aku selalu merasakan getarannya, karena mungkin terlalu menghayati yah.
Dan memang aku dan ibu tuh dari wajah saja seperti pinang dibelah dua, sangat mirip dari mulai rambut sampai kaki. Begitu pun juga dengan karakter dan perjalanan hidup kami, semua sama, seperti detak jantung yang bertaut.
Pagi ini, di Hari Ibu yang cerah ini, kebetulan aku juga lihat postingan instagram bapak Erick Thohir. Duh! Tak terasa langsung menetes air mata ini, karena aku tuh kalau melihat foto atau tulisan tentang seorang anak dan ibu, yang menggambarkan tentang ketulusannya dalam situasi apa pun dan dimana pun dan bisa menghargai orangtuanya, khususnya ibu, suka langsung melow perasaannya.
Di postingan slide pertama bapak Erick Thohir menuliskan tentang ajakan ketemu dan minta restu untuk ibu dan perempuan, dan aku baru teringat juga kalau hari ini adalah Hari Ibu. Lalu slide selanjutnya adalah foto yang memang sudah dari beberapa hari lalu membuat hati ini trenyuh melihatnya.
Karena baru kali ini aku melihat seorang pemain sepak bola yang memboyong ibunya untuk melihat langsung pertandingan sepak bola di Piala Dunia 2022 minggu lalu.
Dan peluk cium Sofiane Boufale dari Maroko untuk ibunya menandakan kasih sayang yang tak berbatas, artinya dimana pun berada, pelukan dan doa dari seorang ibu untuk anaknya, akan selalu ada dan mengalir sepanjang waktu.
Dengan doa restu ibunya, akhirnya mengantarkan Boufale bersama timnya masuk ke babak Semi final.
Seperti itu lah doa dan restu dari orangtua, yang senantiasa akan mengantarkan kita menuju jalan kesuksesan dan keberkahan, karena doa ibu itu sepanjang hayat, dan Insya Alloh, Alloh SWT pun akan mengabulkan doa-doa kita, yang di Ridhoi ibumu.
Begitu pun juga dengan doa dan usaha orangtuaku untuk menyekolahkan kami bertiga sampai di perguruan tinggi. Sampai kami lulus dan berhasil mempunyai pekerjaan, lalu berumah tangga. Dan perjuangan orangtuaku saat itu tidaklah mudah, karena selalu ada kendala dan situasi yang membuat mereka berdua harus terus berusaha untuk bangkit dari keterpurukan.
Oleh karenanya, mereka pun mendidik kami anak-anaknya, agar selalu kuat menjalankan kehidupan dalam situasi apa pun.
Dari dulu Ibu ku selalu berusaha untuk tidak terlalu merepotkan anak-anaknya, terutama anak perempuannya yang sudah berumah tangga dan tinggal berlainan kota. Saat itu tinggal adik bungsu ku di rumah, bersama ibu dan bapak, dan juga sedang memerlukan biaya untuk menyelesaikan kuliahnya.
Lalu dengan perjuangan beliau, akhirnya adikku bisa meyelesaikan kuliahnya, dengan biaya-biaya yang di hasilkan dari jerih payah tangan ibuku sendiri, yang dibantu oleh bapak. Sama sekali ibuku tidak pernah meminta kami anak perempuannya, untuk diberikan tanggung jawab membiayai sekolah adikku. Karena beliau tahu, bahwa keadaan kami sedang dalam kesulitan keuangan saat itu.
Begitu pun juga saat anak-anak perempuannya berkunjung, beliau selalu repot memasak makanan kesukaan kami, dan bahkan saat kami pulang, tanpa di minta, beliau pasti akan membuat masakan untuk kami bawa pulang sebagai oleh-oleh. Senang memang dengan perhatian yang beliau berikan, namun ada sedikit perasaan bersalah juga, kalau situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk memberi balasan atas kebaikan beliau.
Tapi ibu selalu bilang, kalo beliau iklas melakukannya, dan beliau ingin agar anak-anaknya yang tinggal di luar kota, bisa merasakan dan mengobati rasa rindu sama masakannya. MasyaAlloh, seperti itu lah kasih sayang yang selalu ibu berikan untuk kami, walau hanya sesederhana masakannya, tapi tetap membuat kami bangga dan bahagia memiliki orangtua seperti ibu dan Almarhum bapak.
Lalu semenjak Bapakku meninggal dan adikku mulai punya kesibukan bekerja, sementara dua anak perempuannya masih berada diluar kota, maka ibu pun melakukan semuanya sendirian dirumah, dan tetap berjualan. Karena kegigihan beliau yang tidak ingin merepotkan anak-anaknya, membuat beliau terus berusaha mencari nafkah sendiri. Miris rasanya saat itu perasaan ku....
Tapi Alhamdulillahnya sekarang aku sudah tinggal bersama ibu, dan semenjak kepindahanku ke Bandung. Aku mencoba meminta ibu untuk tidak usah berjualan lagi, karena kondisi beliau yang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Selain itu, semua tugas untuk mengurus rumah dan biaya kebutuhan dirumah, kami bertiga anak-anaknya yang menanggung.
Dalam hal ini, Alhamdulillah kami selalu kompak, karena seperti inilah didikan yang diberikan ibu untuk kami anak-anaknya. Dan kami selalu teringat dulu akan kegigihan ibu dam Almarhum bapak yang selalu berusaha tidak mau merepotkan kami, padahal sebenarnya sudah jadi kewajiban kami anak-anaknya untuk gantian mengurus ibu
Namun pada akhirnya, ibu pun mau menuruti permintaan kami, untuk berhenti berjualan. Dan menyerahkan semua tanggung jawab kebutuhan rumah kepada kami anak-anaknya. Tapi memang untuk menjalankan kesepakatan pembagian tanggung jawab itu ternyata tidak mudah bagi aku pribadi, yang sedang mengalami kesulitan ekonomi saat itu.
Namun aku bersama suami, tetap berusaha menjalankan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Dan selalu percaya, bahwa akan selalu ada jalan untuk kami dalam mencari rezeki, In Sha Alloh dengan semangat dan kegigihan kami mencari rezeki, akan ada berkahnya suatu saat nanti, apalagi niat kami ini tulus karena ingin membantu ibu, agar ibu tidak usah berjualan lagi dan bisa menjalankan aktivitas yang lainnya, seperti ke pengajian misalnya.
Dulu aku teringat cerita ibu, bahwa semenjak berjualan ibu sudah jarang ke pengajian, karena fisiknya sudah terlalu lelah untuk berangkat ke masjid yang lumayan agak jauh dari rumah, jadi ibu selalu mengaji di rumah saja. Namun mungkin ibu juga ingin bersosialisasi dengam teman-teman pengajiannya. Jadi Alhamdulillah setelah ibu gak berjualan, ibu bisa berangkat ke pengajian lagi.
Lalu situasi setelah ibu kami minta untuk berhenti berjualan, membuat kami bertiga harus berjuang menutupi segala kebutuhan dirumah, dan juga kebutuhan rumah tangga kami masing-masing, yang ternyata lumayan menguras otak dan tenaga, hehe. Belum kami juga harus menyesuaikan karakter yang berbeda-beda diantara kakak beradik, yang kadang terjadi bentrokan kecil diantara kami.
Tapi alhamdulillah, dengan bercermin pada perjuangan dan kegigihan ibu dulu, akhirnya kami selalu bisa menyesuaikan situasi dan kondisinya, ada masalah apa pun selalu kami bahas bersama-sama dan berusaha saling mengerti tentang keadaan kami, maksudnya jika ada diantara kami yang sedang tidak bisa ikut bantu membiayai keperluan rumah untuk sementara, maka kami akan segera mencari solusinya.
Yah seperti itulah situasi dan kondisi yang harus aku hadapi saat ini, selalu berjuang seperti yang pernah ibu lakukan dulu, namun alhamdulillah, dengan keyakinan aku dan suami untuk terus berusaha mencari solusi dalam memenuhi kebutuhan kelurga dan dengan doa dan restu dari ibu juga, aku bersama suami saat ini sedang merintis usaha kecil-kecilan yang berharap menjadi besar suatu hari nanti...Aamiin.
Pokoknya dalam situasi apapun kita harus percaya dan yakin pada Alloh SWT, bahwa segala apa lun yang kita peejuangkan untuk orangtua, maka akan ada berkahnya untuk kita, dan minta lah restu pada ibu kita, karena restru ibu adalah Ridho Alloh SWT.
Harapanku saat ini, semoga ibuku selalu diberikan kesehatan dan mohon doanya juga dari teman-temanku semuanya yang membaca tulisan ini, semoga ibu disehatkan kembali, karena saat ini ibuku sedang mengalami keadaan yang tidak baik.
Beberapa bulan yang lalu ibuku terjatuh dari kamar mandi, hingga menyebabkan tulang pahanya patah.
Tapi Alhamdulillah saat ini sudah ada progress menuju pemulihan, sekarang ibuku sudah mulai bisa berjalan sedikit-sedikit, dari yang sama sekali tidak bisa bergerak sebelumnya.
Dan kami bertiga anak-anaknya harus tetap berusaha kompak dalam mengurus ibuku yang sedang sakit ini, berusaha selalu meluangkan waktu ditengah kesibukan kami bertiga, karena hanya kami bertiga lah tumpuan ibu saat ini. Dan kesempatan yerbaik bagi kami untuk berbakti pada ibu, yang tidak lelah berjuang ketika masih sehat.
Semoga tulisan ini menjadi inspirasi juga untuk teman-teman yang saat ini sedang merawat ibunya, dan selalu bisa meluangkan waktu buat ibunya, dalam situasi sesulit apa pun, minimal kalau tidak bisa bertemu karena jarak dan waktu, tapi kita bisa komunikasi melalui telepon atau video call, agar ibu kita tenang dan bahagia mengetahui kedaan anak-anaknya.
Dan bagi yang orangtuanya sudah tidak ada atau sudah meninggal, panjatkan terus doa-doa untuk beliau yang sudah tiada, karena hanya doa dari anak sholeh dan sholeha lah yang akan membawa mereka ke Surga dan membuat beliau semua tenang berada di sisi Alloh SWT....Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar