Rabu, 16 Agustus 2017

Mencegah Pemberian Malnutrisi Demi Hak Kesehatan Anak

Bagiku anak adalah belahan jiwaku, sebagian besar yang ada dalam pikiranku adalah untuk memikirkan anakku. Terutama ketika sedang diluar rumah pasti aku akan lebih sering memikirkan anakku, sudah makan atau belum, sudah mandi atau belum, sudah belajar atau belum dan terkadang juga ada perasaan khawatir kalo anakku sedang main diluar. Pasti semua orangtua merasakan hal yang sama tentunya ya, karena tanggung jawab kita untuk anak-anak bukan hanya sekedar merawat atau menjaga saja, tapi kita juga harus melindungi anak-anak kita dari berbagai macam hal yang dapat merusak masa depannya dan kesehatannya.

Terutama mengenai kesehatannya, disini aku ingin bercerita sedikit. Aku termasuk ibu yang cerewet, karena aku selalu menanamkan pikiran pada anakku tentang segala hal yang tidak baik atau kurang baik untuknya. Aku selalu ingatkan kalo segala sesuatu yang akan dia lakukan harus atas seijinku, seperti misalnya dia mau bermain dengan si A atau si B, dia mau bermain mainan A atau mainan B dan dia mau jajanan A atau jajanan B. Diantara ketiganya yang paling sering aku katakan "Tidak Boleh"  adalah soal Jajanan, jadi setiap membeli makanan anakku pasti akan bertanya dulu, "Ma aku mau ini, boleh ga" lalu aku cek tanggal kadaluarsanya, label halalnya dan nama perusahaan tempat produksinya juga komposisi bahan dan pembuatannya, pokoknya sampe sedetilnya aku baca semua tulisan yang ada di bungkus makanan tersebut, bahkan aku pun suka mencicipi dulu makanan atau minumannya, terutama kalo dia beli susu kotak, walaupun tanggalnya belum kadaluarsa.

Anak-anak Cugenang Gifted School dari Cianjur dan Para Narasumber (dok. Pribadi) 

Menyambung dengan ceritaku diatas, disini aku akan menjelaskan mengenai "Pemenuhan Hak Kesehatan Anak Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045." Kebetulan pada tanggal 7 Agustus 2017, aku mendapat undangan dari Blogger Crony Community untuk mengikuti Diskusi Publik di Kementrian Pendidikan dan Budaya bersama dengan para narasumber dan Yayasan yang peduli dengan anak yaitu Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2017.

Namun sebelumnya kita para blogger dan tamu undangan lainnya menyaksikan drama musikal anak-anak Cugenang Gifted School dari daerah Cianjur. Drama ini menceritakan tentang seorang anak yang tidak diberikan nutrisi baik dan lengkap oleh orangtuanya, sehingga menyebabkan anak tersebut berkacamata tebal dan tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya.

Dari contoh cerita diatas, maka ada beberapa faktor penyebab kurangnya Nutrisi yang diperlukan anak-anak adalah sebagai berikut :

1. Faktor Kemiskinan

Faktor utama yang menjadi masalah dalam pemenuhan hak kesehatan anak di Indonesia adalah masalah Kemiskinan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2017 berjumlah 27,77 juta jiwa atau 10,64 % penduduk miskin di Indonesia, dan sebanyak 11 juta jiwa atau 40%nya adalah anak-anak. Dapat dibayangkan dengan jumlah tersebut berapa banyak anak-anak yang tidak mendapatkan pemenuhan gizi seimbang.

2. Faktor Penyebaran Informasi Teknologi Komunikasi

Akhir-akhir ini banyak sekali informasi yang bertebaran melalui teknologi komunikasi tentang ketidakbenaran info mengenai kesehatan, menurut hasil penelitian Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), menunjukan bahwa penyebaran informasi hoax terbanyak adalah di bidang kesehatan, hal ini menjadi penyebab dampak  buruk pada kesehatan karena ketidaktahuan masyarakat yang meneruskan informasi hoax tersebut.

3. Faktor Penyebaran Informasi dari Iklan atau Promosi Produk Pangan

Kemudian informasi lainnya yang harus kita waspadai adalah informasi dari iklan atau promosi produk pangan yang tidak tepat. Mengenai hal ini dengan berbagai produk makanan dan minuman yang terpapar dalam iklan dapat mempengaruhi anak-anak untuk mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut, dimana kandungan nutrisinya belum tentu sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak. Hal ini lah yang sangat aku khawatirkan. Oleh sebab itu aku sangat selektif dalam memilihkan makanan untuk anakku.

Kesalahan dalam mengkonsumsi makanan atau yang disebut dengan Malnutrisi pada anak-anak dapat berakibat fatal, diantaranya bisa menimbulkan penyakit Obesitas, Diabetes bahkan kematian di usia muda karena Gagal Jantung. Sedangkan untuk dampak pertumbuhannya, badan anak tersebut tidak bisa tumbuh tinggi sesuai dengan usianya dan juga mengalami keterlambatan dalam berfikir. Dibawah ini ada beberapa pendapat dari Narasumber yang hadir dalam Diskusi Publik ini.

Para Narasumber Diskusi Publik (dok. Pribadi) 

Pendapat Para Narasumber Tentang Malnutrisi

Berkaitan dengan ketiga hal diatas Ibu Lenny Rosalin SE, MSc, MFin adalah seorang Sekretaris Kementrian dan Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, mengemukakan bahwa Jumlah anak Indonesia yang akan menjedi Generasi Emas di tahun 2045 berjumlah total 84 juta jiwa anak, dan yang berusia 0-18 tahun di tahun 2017 akan berusia 28 tahun di tahun 2045, sedangkan yang berusia lebih dari 18 tahun maka akan berusia 46 tahun di tahun 2045. Anak-anak ini akan tumbuh dengan baik kalo diberikan nutrisi yang baik, namun kenyataannya, banyak sekali anak-anak yang meninggal di usia 20 tahun. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang didadapat oleh sebagian masyarakat Indonesia mengenai Nutrisi yang baik untuk anak.

Untuk mengatasi masalah itu perlu ada kepedulian kita sendiri untuk lebih berhati-hati dalam memberi makanan di rumah dan membolehkan anak-anak membeli makanan diluar, tapi harus memperhatikan label makanan. Terutama makanan produk baru, yang biasanya tidak ada ijin dari BPOM, label halal dll. Namun sebaik-baiknya nutrisi yang baik adalah makanan yang kita bikin sendiri di rumah, tapi tetap harus memperhatikan bahan makanannya juga loh.

Seperti misalnya ada produk susu, yang kita tau kalo susu itu menyehatkan, tapi ternyata tidak untuk produk susu cair yang kandungannya tidak asli dari susu, melainkan gula yang diberi perisa atau pasta susu. Jika anak terlalu sering mengkonsumsinya, bisa mengakibatkan tingginya gula darah. Oleh sebab itu kita harus lebih cermat dalam memberi makanan dan minuman untuk keluarga kita.

Selain itu perlu juga ada kerjasama untuk semua pihak yang peduli pada asupan pangan anak-anak. Dalam hal ini Pemerintah pun harus lebih ketat lagi terhadap keamanan yang dikonsumsi anak, dengan melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap produk pangan yang beredar di masyarakat khususnya mengenai promosi yang dilakukan produsen.

Dan menurut Dr.  Rahmat Sentika Sp.A, MARS,  juga Anggota Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) "Permasalahan pada asupan gizi untuk anak tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tapi juga karena kurangnya pengetahuan orangtua terutama ibu, dimana anak dibawah 1 tahun, yang masih harus diberi ASI tapi malah diberi makanan yang kandungan gula, garam dan lemaknya tinggi. Maka tidak heran kalo saat ini banyak anak yang obesitas dan diabetes" Jelasnya.

Sedangkan menurut Ibu Dewi Setyarini M.Si (Komisioner KPI Pusat) menerangkan bahwa sebagaian besar masyarakat yang menonton televisi itu adalah anak-anak, sedangkan anak-anak mempunyai sifat sebagai berikut :
  • Menirukan apa saja yang dilihat dan didengar
  • Mudah mengadaptasi perilaku yang dilihat dalam tayangan
  • Anak paling mudah terpapar dampak media sehingga dapat dengan mudah mendapat pengaruh buruk

Maka pengawasan paling utama untuk masalah ini adalah pengawasan dari orangtua, karena orangtua adalah sebagai perantara anak untuk menentukan kehidupannya, jadi jika kita terlalu membiarkan anak menonton atau menyaksikan tayangan TV tanpa ada bimbingan, maka anak akan mengasumsikan sendiri tentang apa yang dilihatnya, oleh sebab itu tugas kita lah yang harus mendampinginya dan memberikan penjelasan tentang apa yang saksikannya.

Dan disini aku juga ingin menekankan bahwa, dalam hal pemenuhan hak kesehatan dan tumbuh kembang anak, harus dimulai dari diri kita sebagai orang tua. Dengan membiasakan anak kita untuk selalu berhati-hati terhadap apapun yang akan dia lakukan di lingkungannya.

Baiklah dengan dibuatnya tulisan ini, harapanku semoga bisa menjadi acuan untuk kita para orangtua yang menginginkan anaknya tumbuh sehat serta berkembang dengan baik dan target untuk mencapai Indonesia Emas 2045 bisa terwujud sesuai dengan harapan bangsa dan negara Indonesia. Aamiin Ya Robbal Allamiiinn 























0 komentar:

Posting Komentar